Sabtu, 24 September 2022

Pesantren dan Islam

Orang yang tidak mengenal islam atau mengetahui sebagiannya saja, pasti akan berselisih pendapat dengan orang yang benar benar paham akan islam, telah masuk dan mendalaminya.

Bahkan hasilnya akan jelas sangat kontras. Sha
lat di lima waktu, lisan yang harus terus berdzikir, zakat yang diwajibkan kepada sesiapa yang memiliki kelebihan, haji yang harus merogoh kocek dan penantian yang lama, serta jihad yang mengharuskannya memberikan seluruh jiwa-raga juga berpulang hanya tinggal nama. Pun lagi syariat yang mengatur segala urusan dari yang terkecil; buang air, hingga urusan perpolitikan dalam dan luar negri. Dari hal yang paling hina mengambil sampah, hingga hal semulia pernikahan. Semua itu terlihat seperti beban, menyulitkan, mengekang kebebasan dan memberatkan hati.

Itu bagi orang awwam, orang non muslim, orang yang belum paham akan hakikat Islam.

Bagi mereka yang sudah paham, semua taklif (beban) itu adalah rahmat, cinta, dan kasih sayang. Bagi seorang yang sedang dimabuk cinta hal tersulit dalam kehidupannya pun akan dilakukannya dengan penuh rasa Bahagia, menikmati setiap detik kebersamaannya dan menganggap semua beban adalah bukti cinta kasih atasnya.

Agama islam adalah agama kasih sayang, cinta, perjuangan dan pengorbanan.

Begitu juga dengan konsep pesantren. Yang tidak mengetahui akan hakikat asalnya, pasti hanya bisa mencibir dan menjelek serta memandanganya dengan sebelah mata. Jangankan orang yang awam, bahkan terkadang guru dan pengurusnya pun sering luput darinya.

Pesantren adalah representasi dari islam. Walaupun memang masih banyak yang perlu diperbaiki, tapi pesantren adalah Lembaga yang masih sampai saat ini menjadi lumbung stok keikhlasan umat ini. Entah di luar sana apakah kata ini masih benar benar ada atau memang sudah lenyap sejak lama. Terkhusus di Indonesia.

Betapa tidak, apa yang mereka dapatkan tak sebanding dengan seluruh jerih yang mereka kerahkan. Waktu mereka habis dalam perjuangan, tenaga mereka terkuras dalam kebaktian. Semuanya demi pesantren yang membawa nama Islam.

Gaji sedikit, fasilitas terbatas, waktu liburan minim, dll. Tapi itu merupakan pilihan mereka. Ya, mereka yang benar benar ingin berjuang untuknya.

Maka jargon “keikhlasan” sungguh tak pantas diucapkan oleh mereka yang tak pernah berpeluh di dalamnya, orang yang ada diluarnya ataupun mereka yang tak pernah bervisi sama.

Tapi terkadang kita salah mengartikan, Ketika sang kiyai yang mengucap, petinggi yang berkata, itu semata mata sebagai Langkah penanaman nilai dan Pendidikan bagi penerus amal ikhlas ini. Kewajiban pemimpin jelas memberikan kesejahteraan terbaik bagi masyarakatnya. Kewajiban warganya adalah berjuang semaksimal dan setotal ikhlas mungkin. tapi tidak serta merta ketika kita melihat pimpinan mengucap “keikhlasan” serentak su’udzan yang merebak.

Lihat, apakah benar ia mengeksploitasi sedangkan ia hidup dengan memakan nasi dan terasi? Apakah benar ia hanya mengambil keuntungan sendangkan semua hartanya habis untuk perjuangan? Apakah benar  ia sekedar memanfaatkan sedangkan justru keluarga, kehidupannya sendiri menjadi taruhan?

Bagi mereka yang mengedepankan teori, analisis, keegoan pribadi dan menafikan faktor ilahi tak akan bisa memahami semua ini.

Yah, mungkin memang bukan disini tempatnya. Ini adalah tempat mereka yang memiliki ruh berjuang. Ketika satu ini tidak ada, tak akan ada keikhlasan, totalitas, dedikasi, keinginan untuk terus berkembang dan semuanya akan berbalik menjadi keluahan.

Saya sendiri masih belajar dari keikhlasan mereka, para pejuang yang mungkin minim ilmu tapi rasa afiliasi akan keislamannya menggebu, para kiyai yang sumber keikhlasan mereka sungguh luar biasa bak wali, dan para santri yang telah mededikasikan seluruh diri untuk kemajuan pesantren.

Oleh karena itu Ketika kehormatan islam dihina, pesantren dilecehkan dan terancam, seakan eksistensi mereka pun ternodai.

Sudah tak usah kita banyak membual sana-sini, sungguh tak pantas kata ini melampaui mereka yang telah beranjak dengan bukti, beramal dengan memberikan seluruh kontribusi sedangkan kita masih saja duduk tanpa aksi tanpa ikhlas dalam hati.

 

0 komentar:

Posting Komentar

Contact

Talk to us

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit. Dolores iusto fugit esse soluta quae debitis quibusdam harum voluptatem, maxime, aliquam sequi. Tempora ipsum magni unde velit corporis fuga, necessitatibus blanditiis.

Address:

9983 City name, Street name, 232 Apartment C

Work Time:

Monday - Friday from 9am to 5pm

Phone:

595 12 34 567